Showing posts with label psikolinguistik. Show all posts
Showing posts with label psikolinguistik. Show all posts

What is Psycholinguistics?

What is Psycholinguistics?
The Domain of Psycholinguistics Inquiry
Psycholinguistics atau the psychology of language merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang membahas tentang proses-proses pemerolehan dan penggunaan bahasa ditinjau dari segi psikologi (Nan Bernstein Ratner, dkk. 1998). Pada umumnya, psycholinguistics mempelajari tiga hal utama (Clark & Clark, 1977; Tanenhaus, 1989):
1. Comprehension: How people understand spoken and written language.
2. Speech Production: How people produce language.
3. Acquisition: How people learn language.
Sementara itu, dalam Wikipedia, Psycholinguistics didefinisikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari faktor-faktor psikologi dan neurobiologi yang memungkinkan manusia untuk memperoleh, menggunakan dan memahami bahasa.

Language

What is Language?
Dalam bukunya yang berjudul Introduction to Linguistics, Ronald Wardhaugh mendefinisikan bahasa sebagai “a system of arbitrary vocal symbols used for human communication”.

Perbedaan antara Bahasa Manusia dengan “komunikasi hewan”
Ada beberapa hal yang membedakan antara bahasa (language) dengan tindakan-tindakan penyampaian pesan lainnya, seperti: tangisan bayi, gonggongan anjing, dan tarian lebah atau yang biasa dikenal dengan “waggle dance”. Terdapat beberapa pendapat mengenai perbedaan-perbedaan ini. Yang pertama adalah yang disampaikan oleh Nan Bernstein Ratner dkk. Menurutnya ada beberapa karakteristik khusus yang hanya terdapat pada bahasa manusia. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Bahasa manusia memiliki hierarchical structure. Pesan (dalam bahasa manusia) dapat dibagi kedalam unit-unit analisis yang lebih kecil.
2. Bahasa manusia memiliki sifat infinite creativity. Pengguna bahasa dapat meenghasilkan dan memahami kalimat-kalimat dalam bahasa mereka tanpa terbatas. Hal ini sangat berbeda dengan hewan yang hanya dapat menghasilkan bahasa secara terbatas.
3. Bahasa manusia dapat mengungkapkan pengalaman pengguna bahasanya meskipun pengalaman tersebut bersifat abstrak. Hal ini tidak terdapat dalam bahasa hewan. Mereka hanya dapat mengungkapkan hal-hal yang terdapat di depan mereka. Jika bendanya tidak ada, maka mereka (hewan) tidak dapat menyampaikan pesan yang sama.
4. Bahasa merupakan sebuah rule-governed system of behavior. Dalam tangisan bayi atau gonggongan anjing tidak ada salah dan benar. Anjing dapat menggonggong semau mereka. Namun, dalam bahasa manusia ada sistem-sistem tertentu yang membuat sebuah kata/kalimat dapat diterima atau ditolak. Sistem ini menjadikan bahasa dapat dipelajari dan digunakan sevara konstan (Ronald Wardhaugh, hal. 3). Terdapat dua macam sistem dalam bahasa yaitu: sistem bunyi dan sistem arti (the system of sounds and the system of meanings).
5. Bahasa bersifat arbitrary. Bahasa Inggris, seperti bahasa-bahasa lainnya, memiliki konvensi mengenai penempatan kata dalam kalimat. Aturan-aturan inilah yang bersifat arbitrary; tidak ada alasan yang riil mengapa bahasa Inggris membutuhkan konvensi-konvensi gramatikal tertentu. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris Noun Phrase harus mendahului Verb Phrase dan objek mengikuti Verb Phrase(biasanya disebut S-V-O word order), meski tidak semua kalimat dalam bahasa Inggris mengikuti kaidah ini. Selain dalam aturan penyusunan kata dalam kalimat, kearbitarian bahasa juga dapat dilihat dalam kata itu sendiri. Sebagai contoh, tidak ada alasan mengapa ‘sebuah pohon’ disebut ‘tree’ dalam bahasa Inggris, dan tentu saja hal ini juga berlaku untuk bahasa-bahasa lainnya.

Is Language Species-Specific?

Para peneliti di bidang kebahasaan telah lama meneliti komunikasi yang terjadi diantara para binatang untuk mencari tahu pebedaan antara bahasa manusia dengan bahasa bintang, atau dengan kata lain untuk mencari tahu karakteristik yang hanya terdapat dalam bahasa manusia. Meskipun lebah, burung, lumba-lumba, dan primata lain selain manusia dapat menyampaikan atau bertukar pesan dianara mereka, namun mereka sangat bergantung kepada konteks atau bergantung kepada rangsangan (stimulus dependent).

Language Diversity and Language Universal (Perbedaan dan ke-Universalan Bahasa)

Bahasa-bahasa yang terdapat di seluruh dunia memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Pada umumnya, perbedaan dalam bahasa dapat dilihat dengan jelas pada susunan/bentuknya: Sistem bunyi yang dimiliki masing-masing bahasa berbeda, aturan pembentukan kata dalam kalimat dan lexical inventories, serta aturan penyusunan bagian-bagian kalimat.
Perbedaan besar yang terdapat dalam setiap bahasa inilah yang membuat beberapa ahli bahasa tertarik untuk mencari persamaan-persamaan dalam kebahasaan (linguistic universals) atau ciri-ciri yang tetap (constant features) yang mungkin memberi ciri bahasa-bahasa, penggunaannya, dan pemerolehannya. Teori yang mendukung ke-Universalan bahasa adalah teori Universal Grammar yang dikemukakan oleh Noam Chomsky.


The Acquisition of Language by Children

Language acquisition atau pemerolehan bahasa merupakan proses perkembangan kemampuan bahasa pada manusia. Begitu cepatnya pemerolehan bahasa pada anak telah membuat baik orang tua maupun para peneliti terpesona. Ada dua pendapat mengenai pemerolehan bahasa pada anak. Pertama, beberapa ahli bahasa (biasanya disebut kaum nativist) menganggap bahwa bahasa pada dasarnya bersifat innate (bawaan), bahwa anak-anak dilahirkan dengan sebuah bakat spesial, unik, yang memungkinkan manusia untuk dapat memahami/menguasai tata bahasa sebuah bahasa tanpa harus mendapatkan pengajaran. Yang kedua, biasanya disebut kaum behaviorist, berpendapat bahwa para orang tua-lah yang mengajarkan bahasa kepada anak-anak mereka dengan cara menggunakan bahasa yang telah disederhanakan (saat berbicara dengan anak-anak mereka) dan dengan memberikan timbal-balik (feedback) saat anak-anak menggunakan bahasa secara tidak benar atau kurang tepat.
Noam chomsky, yang merupakan salah satu tokoh nativisme, membuat dua klaim berkenaan dengan kontroversi yang terjadi diantara para ahli berkenaan dengan pemerolehan bahasa pada anak.
1. Degeneracy Problem
Teori ini berpendapat bahwa anak-anak (children) mendengar bahasa dengan tidak sempurna, mereka mendengar bahasa yang mengandung banyak kalimat yang tidak sempurna serta tidak tersusun secara benar dari segi gramatika. Oleh karena itu, maka dasar-dasar bahasa pastilah bersifat innate karena lingkungan tidak menyediakan kecukupan bagi anak untuk mengembangkan bahasanya.
2. Negative Evidence Problem
Teori ini beranggapan bahwa anak-anak tidaklah mendapatkan pengetahuan tentang mengapa beberapa struktur diperbolehkan sementara struktur yang lain dilarang baik itu dari orang tua mereka maupun dari pengajaran kebahasaan (Brown & Hanlon, 1970).


Distinguishing Between Language and Speech

Perbedaan antara language dan speech dapat dipahami dengan melihat perbandingan antara program komputer dengan, misalnya, printer. Saat kita ingin untuk berkomunikasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah pesan kedalam kata-kata dan kalimat yang dapat menyampaikan maksud/pesan kita. Proses iniah yang disebut bahasa (language). Tahapan kedua adalah menerjemahkan bahasa kedalam sensor motorik yang mengatur articulator, selanjutnya menghasilkan speech. “Speech refers to the actual process of making sounds, using such organs and structures as the lungs, vocal cords, mouth, tongue, teeth, etc.”

REpERENsi-Nipun

Blumenthal, Arthur L. (1970). Language and Psychology; Historical Aspects of Psycholinguistics. USA: John Willey and Sons, inc.
Gleason, Jean Berko, and Nan Bernstein Ratner (ed). Psycholinguistics. (1998). United States of America: Harcourt Brace College Publishers.
http://en.wikipedia.org/wiki/Language
Jakobovits, Leon A, and Murray S. Miron. (1967). Reading in the Psychology of Language. USA: Prentice Hall, inc.
Tarigan, Henry Guntur. (1986). Psikolinguistik. Bandung: Penerbit Angkasa.
www.asha.org/public/speech/development/language_speech.